PENGUAT GANDENG DC
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
I GUSTI PUTU ARDIANA (A 241 13 006)
FILDA MUHAMAD SA’ID (A 241 13 040)
NILUH SUSANTI (A 241 13 056)
RIFKA AFRIANI (A 241 13 060)
NI PUTU WIYANDARI (A 241 13 073)
AMRAN NASIR (A
241 13 090)
TRI RAHMADANHI MUMANG (A 241 13 123)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
A.
Tujuan
Dalam
praktek sering kali kita harus menghubungkan suatu penguat dengan suatu sumber,
dengan penguat lain, atau dengan beban secara langsung. Ini perlu dilakukan
bila syarat berupa arus DC atau tegangan bolak balik dengan frekuensi amat
rendah.
Dalam
banyak hal kita perlu menghubungkan satu transistor dengan transistor yang lain
secara langsung yaitu apabila diinginkan penguatan arus yang besar untuk syarat
DC maupun AC. Selain itu, penggandengan langsung antara dua transistor juga
dilakukan untuk membuat rangkaian lebih sederhana, ringkas, dan mempunyai titik
operasi yang lebih mantap, yaitu tidak mudah berubah.
Sesuai dengan penjelasan diatas maka makalah ini
bertujuan untuk memaparkan teori-teori tentang penuat gandengan DC, sehingga
makalah ini akan membahas tentang:
a.
penguat dengan
dua transistor dihubungkan langsung
b.
Tegangan panjar
balikan
c.
Pelepas gandengan
d.
hubungan Darlington
e.
hubungan npn-pnp
f.
penguat differensial
A.
Pokok Bahasan
1.
Penguat
dengan dua transistor dihubungkan langsung
Gambar
dibawah ini menunjukkan dua transistor npn yang digandengkan langsung secara biasa, diamana kolektor
transistor pertama dihubungkan dengan basis transistor kedua. Agar penguat
bekerja dengan baik, yaitu mampu menghasilkan isyarat keluaran yang besar tanpa
cacat, titik-q haruslah ditengah garis beban. Penguat dengan tegangan panjar
seperti ini disebut penguat
kelas-A.
Karena
kedua transistor berhubungan langsung,
yaitu tanpa kapasitor penyekat DC, maka tegangan panjar pada satu transistor
akan mempengaruhi tegangan panjar transistor yang lain. Agar transistor Q2
mendapat tegangan panjar kelas A, yaitu dengan titik kerja di tengah garis
beban , maka VCE(q) untuk Q2 haruslah sama dengan 10 V,
sehingga emitor Q2 mempunyai tegangan 10 V terhadap tanah. Oleh
karena RE3 = 1 KΩ, maka IE(q) untuk transistor Q2 haruslah sama dengan 10 mA. Informasi ini
diperlukan untuk menghitung hie2.
Oleh karena kolektor Q1 berbeda satu VBE diatas emitor Q2
maka tegangan kolektor Q1 haruslah kira-kira 10.6 V. selanjutnya ini berarti
Dan
tegangan emitor transistor Q1 haruslah pada (RE1+RE2)IC1
(q)=0.5 V terhadap tanah. Kemudian
tegangan basis Q1 haruslah pada tegangan VB= VE
+ VBE =0.5 +0.^%= 1.15 V. nilai tegangan pada basis Q1
dapat juga kita hitung dari:
Untuk
memudahkan perhitungan, maka dianggap
jauh lebih besar dari RE2, dan
.
Dari
gambar tersebut,
Sehingga
Akibatnya//
Selanjutnya
dihitung,
Jika
Oleh
karena itu RC1=10K,maka RC1
Selanjutnya
Dapat
juga diperkirakan nilai hambatan masukan
Ri dan hambatan keluaran Ro
Dengan
andaian β1=200
2. Tegangan Panjar Balikan
Pada
rangkaian tersebut, arus panjar Q1
diambil dari rangkaian pada emitor Q2. Misalan arus IC2
pada Q2 bertambah besar, tegangan DC pada titik a akan naik.
Akibatnya, arus basis untuk Q1 akan bertambah besar, arus kolektor IC1
pada transistor Q1 akan bertambah besar dan tegangan DC pada
kolektor C1 akan turun. Akibatnya, VBE pada transistor Q2
akan berkurang, mempengaruhi arus kolektor IC2 pada transistor
Q2, dan tegamgan titik a kan turun. Tampak bahwa dengan tegangan
panjar balikan rangkaian akan menekannya bila karena suatu hal tegangan pada
titik a bertambah. Akibatnya dengan tegangan panjar seperti inidapat kita
peroleh titik kerja yang mantap.
3. Pelepas Gandengan
4.
Pasangan
Darlington
Karena penguatan
tergantung pada harga β , maka memproduksi transistor dengan β
yang tinggi banyak memberi
keuntungan. Tetapi untuk maksud tersebut diperlukan
lapisan yang sangat tipis pada
daerah basis yang akan mengakibatkan transistor mempunyai tegangan
dadal (breakdown voltage) rendah. Untuk mencapai maksud
tersebut di atas bisa dilakukan dengan menghubungkan
dua transistor yang biasa disebut
dengan pasangan Darlington seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Pasangan transistor tersebut terdapat di pasaran dalam paket dengan ujung-ujung kaki E’, B’
dan C’. Jika
kita berasumsi arus masukan i seperti diperlihatkan pada gambar 14.10 dan
Pasangan Darlington sering juga
digunakan dengan arus emitor yang relative tinggi sehingga β2 relatif
kecil; jika tidak Q1 mempunyai berarus rendah sehingga β1
bisa berharga kecil. Namun demikian dengan mudah kita mendapatkan
Kita mungkin berangan-angan dapat
menghitung re dari arus emitor dari Q2. Namun demikian Q2
dikendalikan dari sumber (Q1) yang memiliki arus yang sangat rendah,
karenanya memiliki hambatan keluaran yang tinggi. Oleh sebab itu harga re
efektif pasangan Darlington diberikan oleh
Namun IE1=IE2/β2
dan juga re1=β2re2, dengan demikian harga re
efektif diberikan oleh
Transistor pasangan Darlington
banyak dimanfaatkan pada rangkaian pengikut emitor tenaga-tinggi, utamanya pada
penguat daya audio.
5. Hubungan npn-pnp dan
pnp-npn
Suatu bentuk
gandengan langsung antara dua transistor yang sering dijumpai adalah seperti
pada gambar 1.
Gambar 6.1. Penguat gandengan
npn-pnp
Penguat di atas tidak lain penguat gandengan
langsung biasa seperti pada gambar 1. Perbedaannya hanya terletak pada
transistor Q2 yaitu transistor pnp. Dioda D1 dan D2
adalah untuk penyedot arus ICO, agar tak menyebrang sambungan basis
kolektor, yang akan menyebabkan titik kerja mudah berubah dengan suhu.
Gambar 6.2. a) Kombinasi npn-pnp
berfungsi sebagai npn; b) Kombinasi pnp-npn berfungsi sebagai pnp.
Sifat transistor gabungan ditentukan oleh macam
transistor pertamanya. Misalkan transistor pertama npn, maka kombinasi akan
bersifat sebagai transistor npn pula.
6. Penguat Differensial
Satu bentuk
penguat gandengan langsung yang banyak digunakan dapat dilihat pada gambar 3
yaitu suatu bentuk penguat diferensial.
Penguat ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran.
Selisih tegangan isyarat antara kedua keluaran ini sebanding dengan selisih
kedua isyarat pada masukan, jika penguatan tegangan kedua penguat sama. Ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
V01
= A1V1
dan V02 = A2 Vi2.
Jika A1 = A2 = A
V01
–V02 =
A(Vi1-V12)
Atau
Vod = A Vid
dengan Vod = V01 –
V02 dan Vid = Vi1-V12
|
Gambar.
3.3 a Penguat diferensial
|
|
Gambar
3.3 b. Tegangan pada titik A tak langsung pada isyarat masukan diferensial
|
Marilah kita tinjau perilaku penguat di atas untuk
isyarat masukan diferensial
Vid
= Vi1-V12.
Agar lebih mudah dimengerti Vi2
dibuat tetap besarnya, misalnya sama dengan nol. Rangkaian menjadi seperti
gambar 4a.
Gambar 3.4. (a) penguat diferensial dengan masukan dan keluaran berimbang; (b)
rangkaian setara penguat pada (a)
iE 1
+ 1E.2
= lE tetap besarnya. Oleh karena VA = iE RE - VEE, tegangan pada titik A tak
dipengaruhi oleh
isyarat diferensial. Dengan kata lain tegangan
pada titik A mempunyai nilai tetap terhadap
isyarat diferensiaL Dapatlah
diartikan bahwa untuk isyarat diferensial, RE tak dilalui
arus isyarat sehingga tidak
muncul pada rangkaian setara isyarat kecil. Untuk isyarat diferensial pada suatu penguat diferensial dengan masukan
berimbang dap keluaran berimbang
rangkaian setara adalah seperti pada gambar 5.
Dari gambar 4 tampak bahwa hambatan masukan Ri =
2hie dan hambatan
keluaran
Penguatan arus adalah hfe, sehingga
pengaturan tegangan adalah:
Untuk 1/hoe >> Rc maka
KV,
dif adalah penguatan tegangan
untuk isyarat masukan diferensial.
dengan Kv,di adalah penguatan tegangan untuk
isyarat masukan diferensial.
6.1
Penguat diferensial dengan keluaran tunggal.
Seringkali
kolektor salah satu transistor dihubungkan langsung padA Vcc sehingga
berada pada tanah ac. Penguat diferensial semacam ini mempunyai keluaran tunggal dan disebut penguat diferensial dengan keluaran,
tak berimbang. Penguat semacam
ini dilukiskan pada gambar 3.5
Gambar 3.5. Penguat diferensial dengan keluaran tunggal
Marilah kita
tinjau perilaku kedua masukan pada penguat di atas. Jika Vi2 kita buat tetap dan V.1 diperbesar maka arus iEl
membesar dan iE2 mengecil maka tegangan pada keluaran akan naik. Jadi isyarat pada masukan akan menghasilkan keluaran sefasa. Masukan a disebut masukan tak membalik, dan dinyatakan dengan tanda +. Jika masukan a
dibuat tetap dan tegangan pada masukan b diperbesar, maka arus kolektor Q2 akan bertambah besar yang berakibatkan
tegangan pada keluaran akan turun.
Tampak jika keluaran b dinaikkan, keluaran turun,
atau isyarat pada masukan b akan menghasilkan
keluaran dengan fasa berlawanan. Oleh
karena itu masukan b disebut masukan membalik, dan diberi tanda -.
Suatu bentuk penguat diferensial dengan masukan diferensial dan keluaran tunggal adalah penguat operasional.
Rangkaian setara penguat diferensial dengan keluaran tak
berimbang dilukiskan pada gambar berikut
Gambar 3.6.
Rangkaian setara penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang.
6.2
Nisbah Penolakan Modus Bersama.
Misalkan kedua masukan penguat diferensial dengan masukan berimbang dan keluaran tak
berimbang (keluaran tunggal) kita
hubungkan satu dengan yang lainnya, dan dihubungkan dengan suatu cumber isyarat-isyarat yang bersama dihubungkan dengan kedua masukan
penguat diferensial disebut isyarat
modus bersama (common mode). Berapa besar tegangan isyarat keluaran
untuk masukan modus bersama seperti itu? Jika penguatan tegangan Q2 sama dengan penguatan Q1 yaitu A, maka tegangan isyarat keluaran ialah
V0 = A (V1-V2)
Penguatan tegangan untuk isyarat modus bersama disebut penguatan modus bersama
(ACM). Secara ideal
jelaslah penguatan modus bersama harus sama dengan nol (Ac,yr
= 0). Dalam
praktek ACM
≠ 0, tetapi
bernilai lebih kecil dari penguatan
diferensial.
Sehubungan dengan perilaku penguat diferensial terhadap
isyarat modus bersama, prang
mendefinisikan suatu besaran yang disebut nisbah penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio-CMRR), yang menyatakan bagaimana penguat menolak isyarat modus bersama. CMRR didefinisikan
sebagai nisbah penguatan diferensial terhadap penguat modus bersama atau CMRR.
Nisbah modus
bersama (CMRR) seringkali dinyatakan dalam dB, yaitu
CMRR (dB)
= 20 log A d if - 20 log A cm
CMRR (dB)
= Adif (dB) -ACM (dB).
Nilai CMRR
= 100 dB termasuk tinggi. Tak mullah dibuat
penguat diferensial dengan CMRR sebesar ini. CMRR = 120 dB hanya dapat
dicapai pads penguat diferensial
hibrid, dimana komponen-komponen untuk penguat diferensial dibuat agar
mempunyai nilai yang sedekat mungkin. CMRR
setinggi ini Bering diperlukan
pada panguat instrumentasi.
Agar
lebih jelas, misalkan kita mempunyai penguat diferensial dengan CMRR = -100 dB, dan Adif = 100 = 40 dB, kits peroleh ACM = -60 dB = 10-3. Jadi andaikan ada isyarat modus bersama dengan tegangan 10 V, misalnya oleh sebab dengung dari listrik PLN, maka pada keluarannya,
akan ada tegangan isyarat (10 V) (10-3) = 10 mV.
Untuk membahas penguatan modus bersama digunakan penguat
diferensial dengan isyarat modus bersama. Perlu kita
perhatikan bahwa untuk isyarat modus bersama,
titik pertemuan emitor kedua transistor tidak lagi berperilaku sebagai tanah ac.
Rangkaian
setara untuk isyarat modus bersama ditunjukkan pada gambar 10.20
Gambar 3.7. (a) penguat diferensial dengan isyarat modus
bersama; (b) Rangkaian setara penguat (a)
a.
Penguat Gandengan
Emitor.
Suatu modifikasi terhadap penguat diferensial adalah seperti dilukiskan pada gambar 10.22.
Penguat semacam ini disebut penguat gandengan emitor
(Emitter Coupled Amplifier). Penguat ini juga dikenal sebagai penguat
diferensial dengan masukan tak
berimbang dan keluaran tak
berimbang. Penguat gandengan Or
emitor ini mempunyai tanggapan
frekuensi amplitudo yang lebar.
Ini disebabkan karena penguat ini dapat dipandang sebagai suatu pengikut emitor Q1
yang dihubungkan dengan penguat basis ditampilkan Qz.
Penguat pengikut
enutor Q1 mempunyai penguatan tegangan sebesar 0,5 bila kedua transistor yang digunakan identik, seperti dapat
dilihat pada gambar 3.8
tak berpengaruh
terhadap kapasitansi Cil. Selanjutnya
penguat Q2 membentuk penguat basis ditanahkan dengan frekuensi potong atas yang tinggi. Berdasarkan sifat inilah,
penguat gandengan emitor digunakan-untuk
penguat daerah frekuensi radio.
B. Kesimpulan
a.
Penguat dengan dua
transistor dihubungkan langsung
Karena kedua
transistor berhubungan langsung, yaitu tanpa kapasitor penyekat DC, maka
tegangan panjar pada satu transistor akan mempengaruhi tegangan panjar
transistor yang lain. Agar transistor Q2
b.
Tegangan Panjar Balikan
Tampak bahwa dengan
tegangan panjar balikan rangkaian akan menekannya bila karena suatu hal
tegangan pada titik a bertambah. Akibatnya dengan tegangan panjar seperti
inidapat kita peroleh titik kerja yang mantap.
c.
Pelepas Gandengan
kapasitor pelepas gandengan, yaitu melepaskan
gandengan antara satu tahap dengan tahap berikutnya terhadap pengaruh isyarat
pada arus dari VCC.
d. Hubungan
npn-pnp dan pnp-npn
Sifat transistor gabungan ditentukan oleh macam
transistor pertamanya. Misalkan transistor pertama npn, maka kombinasi akan
bersifat sebagai transistor npn pula.
e.
Penguat Differensial
Penguat
ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Selisih tegangan isyarat antara
kedua keluaran ini sebanding dengan selisih kedua isyarat pada masukan, jika
penguatan tegangan kedua penguat sama.
Daftar
Pustaka
Sutrisno, 1985.Elektronika 2 Teori
dan Penerapannya.ITB, Bandung
Malvino, 1992, Prinsip-Prinsip
Elektronik (edisi Terjemahan),Erlangga:Jakarta
