Minggu, 29 Maret 2015

Elektronika Dasar II

 




 PENGUAT GANDENG DC



DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II

I GUSTI PUTU ARDIANA             (A 241 13 006)
FILDA MUHAMAD SA’ID            (A 241 13 040)
NILUH SUSANTI                            (A 241 13 056)
RIFKA AFRIANI                             (A 241 13 060)
NI PUTU WIYANDARI                  (A 241 13 073)
    AMRAN NASIR                             (A 241 13 090)
TRI RAHMADANHI MUMANG  (A 241 13 123)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015









A.     Tujuan
Dalam praktek sering kali kita harus menghubungkan suatu penguat dengan suatu sumber, dengan penguat lain, atau dengan beban secara langsung. Ini perlu dilakukan bila syarat berupa arus DC atau tegangan bolak balik dengan frekuensi amat rendah.
Dalam banyak hal kita perlu menghubungkan satu transistor dengan transistor yang lain secara langsung yaitu apabila diinginkan penguatan arus yang besar untuk syarat DC maupun AC. Selain itu, penggandengan langsung antara dua transistor juga dilakukan untuk membuat rangkaian lebih sederhana, ringkas, dan mempunyai titik operasi yang lebih mantap, yaitu tidak mudah berubah.
Sesuai dengan penjelasan diatas maka makalah ini bertujuan untuk memaparkan teori-teori tentang penuat gandengan DC, sehingga makalah ini akan membahas tentang:
a.        penguat dengan dua transistor dihubungkan langsung
b.      Tegangan panjar balikan
c.       Pelepas gandengan
d.       hubungan Darlington
e.       hubungan npn-pnp
f.       penguat differensial



A.    Pokok Bahasan
1.      Penguat dengan dua transistor dihubungkan langsung
Gambar dibawah ini menunjukkan dua transistor npn yang digandengkan  langsung secara biasa, diamana kolektor transistor pertama dihubungkan dengan basis transistor kedua. Agar penguat bekerja dengan baik, yaitu mampu menghasilkan isyarat keluaran yang besar tanpa cacat, titik-q haruslah ditengah garis beban. Penguat dengan tegangan panjar seperti ini disebut penguat kelas-A.





Karena kedua  transistor berhubungan langsung, yaitu tanpa kapasitor penyekat DC, maka tegangan panjar pada satu transistor akan mempengaruhi tegangan panjar transistor yang lain. Agar transistor Q2 mendapat tegangan panjar kelas A, yaitu dengan titik kerja di tengah garis beban , maka VCE(q) untuk Q2 haruslah sama dengan 10 V, sehingga emitor Q2 mempunyai tegangan 10 V terhadap tanah. Oleh karena RE3 = 1 KΩ, maka IE(q)  untuk transistor  Q2  haruslah sama dengan 10 mA. Informasi ini diperlukan untuk menghitung hie2. Oleh karena kolektor Q1 berbeda satu VBE diatas emitor Q2 maka tegangan kolektor Q1 haruslah kira-kira 10.6 V.  selanjutnya ini berarti
Dan tegangan emitor transistor Q1 haruslah pada (RE1+RE2)IC1 (q)=0.5 V terhadap tanah.  Kemudian tegangan basis Q1 haruslah pada tegangan VB= VE + VBE =0.5 +0.^%= 1.15 V. nilai tegangan pada basis Q1 dapat juga kita hitung dari:
Untuk menganalisa perilaku penguat untuk isyarat kecil, maka dapat dihitung penguat tegangan pada frekuensi tengah. Rangkaiannya dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini:




Untuk memudahkan perhitungan, maka dianggap  jauh lebih besar dari RE2, dan .
Dari gambar tersebut,
   
Sehingga
Akibatnya//
Selanjutnya dihitung,
Jika
Oleh karena itu RC1=10K,maka  RC1
Selanjutnya
Dapat juga diperkirakan nilai hambatan masukan  Ri dan hambatan keluaran Ro
dengan RB=RB1//RB2
Dengan andaian β1=200

2.      Tegangan Panjar Balikan
Suatu variasi rangkaian tegangan pancar untuk penguat dengan dua transistor yang digandengakan langsung dilukiskan pada gambar 3.1 dan 3.2 dibawah ini.




Pada rangkaian  tersebut, arus panjar Q1 diambil dari rangkaian pada emitor Q2. Misalan arus IC2 pada Q2 bertambah besar, tegangan DC pada titik a akan naik. Akibatnya, arus basis untuk Q1 akan bertambah besar, arus kolektor IC1 pada transistor Q1 akan bertambah besar dan tegangan DC pada kolektor C1 akan turun. Akibatnya, VBE pada transistor Q2 akan berkurang, mempengaruhi arus kolektor IC2 pada transistor Q2, dan tegamgan titik a kan turun. Tampak bahwa dengan tegangan panjar balikan rangkaian akan menekannya bila karena suatu hal tegangan pada titik a bertambah. Akibatnya dengan tegangan panjar seperti inidapat kita peroleh titik kerja yang mantap.
3.      Pelepas Gandengan
Pada gambar dibawah ini, resistor R3 dan kapasitor CD dipasang agar pengaruh tegangan isyarat pada transistor Q2 terhadap VCC karena hambatan dalam VCC tidak masuk kedalam rangkaian Q1. Apabila hal ini terjadi, maka dapat terjadi osilasi, yaitu keadaan dimana tanpa isyarat masukan terjadi isyarat keluaran. Osilasi ini biasa terjadi pada daerah frekuensi amat rendah, sehingga penguat akan menghasilkan isyarat yang mengeluarkan bunyi sseperti perahu motor. Osilasi semacam ini disebut osilasi perahu motor. Kombinasi R3 dan CD dipilih agar mempunyai tetapan waktu R3 CD yang amat rendah, sehingga tegangan syarat yang kembali melalui VCC ditekan serendah mungkin. Kapasitor  CD disebut kapasitor pelepas gandengan, yaitu melepaskan gandengan antara satu tahap dengan tahap berikutnya terhadap pengaruh isyarat pada arus dari VCC.



4.      Pasangan Darlington
 Karena penguatan tergantung pada harga β , maka memproduksi transistor dengan β
yang tinggi banyak memberi keuntungan. Tetapi untuk maksud tersebut diperlukan
lapisan yang sangat tipis pada daerah basis yang akan mengakibatkan transistor mempunyai tegangan dadal (breakdown voltage) rendah. Untuk mencapai maksud tersebut di atas bisa dilakukan dengan menghubungkan
dua transistor yang biasa disebut dengan pasangan Darlington seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Pasangan transistor tersebut terdapat di pasaran dalam paket dengan ujung-ujung kaki E’, B’ dan C’. Jika kita berasumsi arus masukan i seperti diperlihatkan pada gambar 14.10 dan
menghitung arus yang mengalir, akan didapat penguatan efektif β=(IC’IB’) adalah


Pasangan Darlington sering juga digunakan dengan arus emitor yang relative tinggi sehingga β2 relatif kecil; jika tidak Q1 mempunyai berarus rendah sehingga β1 bisa berharga kecil. Namun demikian dengan mudah kita mendapatkan
Kita mungkin berangan-angan dapat menghitung re dari arus emitor dari Q2. Namun demikian Q2 dikendalikan dari sumber (Q1) yang memiliki arus yang sangat rendah, karenanya memiliki hambatan keluaran yang tinggi. Oleh sebab itu harga re efektif pasangan Darlington diberikan oleh
Namun IE1=IE2/β2 dan juga re1=β2re2, dengan demikian harga re efektif diberikan oleh
Transistor pasangan Darlington banyak dimanfaatkan pada rangkaian pengikut emitor tenaga-tinggi, utamanya pada penguat daya audio.
5.      Hubungan npn-pnp dan pnp-npn
 Suatu bentuk gandengan langsung antara dua transistor yang sering dijumpai adalah seperti pada gambar 1.
Gambar 6.1. Penguat gandengan
 npn-pnp

Penguat di atas tidak lain penguat gandengan langsung biasa seperti pada gambar 1. Perbedaannya hanya terletak pada transistor Q2 yaitu transistor pnp. Dioda D1 dan D2 adalah untuk penyedot arus ICO, agar tak menyebrang sambungan basis kolektor, yang akan menyebabkan titik kerja mudah berubah dengan suhu.
Kombinasi pnp-npn seringkali digunakan sebagai satu transistor ini dilukiskan pada gambar 2 berikut:


Gambar 6.2. a) Kombinasi npn-pnp berfungsi sebagai npn; b) Kombinasi pnp-npn berfungsi sebagai pnp.
Sifat transistor gabungan ditentukan oleh macam transistor pertamanya. Misalkan transistor pertama npn, maka kombinasi akan bersifat sebagai transistor npn pula. 
6.      Penguat Differensial
 Satu bentuk penguat gandengan langsung yang banyak digunakan dapat dilihat pada gambar 3 yaitu suatu bentuk penguat diferensial.
Penguat ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Selisih tegangan isyarat antara kedua keluaran ini sebanding dengan selisih kedua isyarat pada masukan, jika penguatan tegangan kedua penguat sama. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
V01                          = A1V1 dan V02 = A2 Vi2. Jika A1 = A2 = A
V01 –V02                  = A(Vi1-V12)
Atau Vod                  = A Vid dengan Vod = V01 – V02  dan Vid­ = Vi1-V12
Penguatan A juga disebut penguatan diferensial. Oleh karena itu ada dua masukan dan dua keluaran, penguat diferensial seperti itu dikatakan mempunyai masukan berujung dua dan keluaran berujung dua. Penguat diferensial tersebut dikenal dengan nama penguat diferensial masukan berimbang dan keluaran berimbang.


Gambar. 3.3 a Penguat diferensial
Gambar 3.3 b. Tegangan pada titik A tak langsung pada isyarat masukan diferensial
 



Marilah kita tinjau perilaku penguat di atas untuk isyarat masukan diferensial
Vid­ = Vi1-V12. Agar lebih mudah dimengerti Vi2 dibuat tetap besarnya, misalnya sama dengan nol. Rangkaian menjadi seperti gambar 4a.
Jika Vid­ diperbesar, arus IE1 akan diperbesar pula. Akibatnya tegangan titik A akan naik, VBE(Q2) akan berkurang sehingga IE2 akan berkurang. Ini berarti



Gambar 3.4. (a) penguat diferensial  dengan masukan dan keluaran berimbang; (b) rangkaian setara penguat pada (a)
iE 1 + 1E.2 = lE tetap besarnya. Oleh karena VA = iE RE - VEE, tegangan pada titik A tak dipengaruhi oleh isyarat diferensial. Dengan kata lain tegangan pada titik A mempunyai nilai tetap terhadap isyarat diferensiaL Dapatlah diartikan bahwa untuk isyarat diferensial, RE tak dilalui arus isyarat sehingga tidak muncul pada rangkaian setara isyarat kecil. Untuk isyarat diferen­sial pada suatu penguat diferensial dengan masukan berimbang dap keluaran ber­imbang rangkaian setara adalah seperti pada gambar 5.
Dari gambar 4 tampak bahwa hambatan masukan Ri = 2hie dan hambat­an keluaran 
Penguatan arus adalah hfe, sehingga pengaturan tegangan adalah:

Untuk 1/hoe >> Rc maka
KV, dif  adalah penguatan tegangan untuk isyarat masukan diferensial.
dengan Kv,di adalah penguatan tegangan untuk  isyarat masukan diferensial.
6.1 Penguat diferensial dengan keluaran tunggal.
Seringkali kolektor salah satu transistor dihubungkan langsung padA Vcc sehingga berada pada tanah ac. Penguat diferensial semacam ini mempunyai keluaran tunggal dan disebut pe­nguat diferensial dengan keluaran, tak berimbang. Penguat semacam ini dilukis­kan pada gambar 3.5



Gambar 3.5. Penguat diferensial dengan keluaran tunggal
Marilah kita tinjau perilaku kedua masukan pada penguat di atas. Jika Vi2 kita buat tetap dan V.1 diperbesar maka arus iEl membesar dan iE2 me­ngecil maka tegangan pada keluaran akan naik. Jadi isyarat pada masukan akan menghasilkan keluaran sefasa. Masukan a disebut masukan tak mem­balik, dan dinyatakan dengan tanda +. Jika masukan a dibuat tetap dan tegangan pada masukan b diperbesar, maka arus kolektor Q2 akan bertambah besar yang berakibatkan tegangan pada keluaran akan turun. Tampak jika keluaran b dinaikkan, keluaran turun, atau isyarat pada masukan b akan menghasilkan keluaran dengan fasa berlawanan. Oleh karena itu masukan b disebut masukan membalik, dan diberi tanda -.
Suatu bentuk penguat diferensial dengan masukan diferensial dan keluaran tunggal adalah penguat operasional.
Rangkaian setara penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang dilukiskan pada gambar berikut
Gambar 3.6. Rangkaian setara penguat diferensial dengan keluaran tak berimbang.
6.2 Nisbah Penolakan Modus Bersama.
Misalkan kedua masukan penguat diferensial dengan masukan berimbang dan keluaran tak berimbang (keluaran tunggal) kita hubungkan satu dengan yang lainnya, dan dihubungkan dengan suatu cumber isyarat-isyarat yang bersama dihubungkan dengan kedua masukan penguat diferensial disebut isyarat modus bersama (common mode). Berapa besar tegangan isyarat keluaran untuk masukan modus bersama seperti itu? Jika penguatan tegangan Q2 sama dengan penguatan Q1 yaitu A, maka tegangan isyarat keluaran ialah
V0 = A (V1-V2)
Penguatan tegangan untuk isyarat modus bersama disebut penguatan modus bersama (ACM). Secara ideal jelaslah penguatan modus bersama harus sama dengan nol (Ac,yr = 0). Dalam praktek ACM ≠ 0, tetapi bernilai lebih kecil dari penguatan diferensial.
Sehubungan dengan perilaku penguat diferensial terhadap isyarat modus ber­sama, prang mendefinisikan suatu besaran yang disebut nisbah penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio-CMRR), yang menyatakan bagaima­na penguat menolak isyarat modus bersama. CMRR didefinisikan sebagai nisbah penguatan diferensial terhadap penguat modus bersama atau CMRR.
Nisbah modus bersama (CMRR) seringkali dinyatakan dalam dB, yaitu
CMRR (dB) = 20 log A d if - 20 log A cm
CMRR (dB) = Adif (dB) -ACM (dB).
Nilai CMRR = 100 dB termasuk tinggi. Tak mullah dibuat penguat diferensial dengan CMRR sebesar ini. CMRR = 120 dB hanya dapat dicapai pads penguat diferensial hibrid, dimana komponen-komponen untuk penguat diferensial dibu­at agar mempunyai nilai yang sedekat mungkin. CMRR setinggi ini Bering diper­lukan pada panguat instrumentasi.
Agar lebih jelas, misalkan kita mempunyai penguat diferensial dengan CMRR = -100 dB, dan Adif = 100 = 40 dB, kits peroleh ACM = -60 dB = 10-3. Jadi andai­kan ada isyarat modus bersama dengan tegangan 10 V, misalnya oleh sebab dengung dari listrik PLN, maka pada keluarannya, akan ada tegangan isyarat (10 V) (10-3) = 10 mV.
Untuk membahas penguatan modus bersama digunakan penguat diferensial dengan isyarat modus bersama. Perlu kita perhatikan bahwa untuk isyarat modus bersama, titik pertemuan emitor kedua transistor tidak lagi berperilaku sebagai tanah ac.
Rangkaian setara untuk isyarat modus bersama ditunjukkan pada gambar 10.20
Gambar 3.7. (a) penguat diferensial dengan isyarat modus bersama; (b) Rangkaian setara penguat (a)
a.       Penguat Gandengan Emitor.
Suatu modifikasi terhadap penguat di­ferensial adalah seperti dilukiskan pada gambar 10.22. Penguat semacam ini disebut penguat gandengan emitor (Emitter Coupled Amplifier). Penguat ini juga dikenal sebagai penguat diferensial dengan masukan tak berimbang dan keluaran tak berimbang. Penguat gandengan Or emitor ini mempunyai tanggapan frekuensi amplitudo yang lebar. Ini disebabkan karena penguat ini dapat dipandang sebagai suatu pengikut emitor Q1 yang dihubungkan dengan penguat basis ditampilkan Qz.
Penguat pengikut enutor Q1 mempunyai penguatan tegangan sebesar 0,5 bila ke­dua transistor yang digunakan identik, seperti dapat dilihat pada gambar 3.8
tak berpengaruh terhadap kapasitansi Cil. Selanjutnya penguat Q2 membentuk penguat basis ditanahkan dengan frekuensi potong atas yang tinggi. Berdasarkan sifat inilah, penguat gandengan emitor digunakan-untuk penguat daerah frekuensi radio.







B.     Kesimpulan
a.       Penguat dengan dua transistor dihubungkan langsung
Karena kedua  transistor berhubungan langsung, yaitu tanpa kapasitor penyekat DC, maka tegangan panjar pada satu transistor akan mempengaruhi tegangan panjar transistor yang lain. Agar transistor Q2
b.      Tegangan Panjar Balikan
Tampak bahwa dengan tegangan panjar balikan rangkaian akan menekannya bila karena suatu hal tegangan pada titik a bertambah. Akibatnya dengan tegangan panjar seperti inidapat kita peroleh titik kerja yang mantap.
c.       Pelepas Gandengan
kapasitor pelepas gandengan, yaitu melepaskan gandengan antara satu tahap dengan tahap berikutnya terhadap pengaruh isyarat pada arus dari VCC.
d.      Hubungan npn-pnp dan pnp-npn
Sifat transistor gabungan ditentukan oleh macam transistor pertamanya. Misalkan transistor pertama npn, maka kombinasi akan bersifat sebagai transistor npn pula. 
e.       Penguat Differensial
Penguat ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran. Selisih tegangan isyarat antara kedua keluaran ini sebanding dengan selisih kedua isyarat pada masukan, jika penguatan tegangan kedua penguat sama.



Daftar Pustaka
Sutrisno, 1985.Elektronika 2 Teori dan Penerapannya.ITB, Bandung
Malvino, 1992, Prinsip-Prinsip Elektronik (edisi Terjemahan),Erlangga:Jakarta